MATERI ASMAUL HUSNA KELAS 10 SMK/SMA SEDERAJAT

MATERI ASMAUL HUSNA KELAS 10 SMK/SMA SEDERAJAT

1

                         Mengimani Allah azza wa jalla melalui al-Asma'u Husna

sumber gambar: dok.kemendikbud
                                         

        Beragam cara ditempuh oleh manusia untuk mendekatkan diri kepada Sang Pencipta, yaitu Allah Swt. Cara tersebut ada yang melalui jalan merenung atau ber-tafakkur atau berżikir. Ada pula seseorang menjadi dekat dengan Allah Swt. yang disebabkan oleh musibah yang menimpanya. Demikianlah  Allah Swt. membuka cara atau jalan bagi manusia yang ingin dekat dengan- Nya. Sebagai orang yang beriman,tentu saja kita harus mampu menempuh cara apa pun agar dekat dengan Allah Swt.

        Kedekatan seorang hamba dengan Tuhannya tentu saja akan mengantarkannya mendapatkan berbagai fasilitas hidup, yaitu kesenangan dan kenikmatan yang tiada tara. Bukankah seorang anak yang dekat dengan orang tuanya atau seorang pegawai bawahan dengan atasannya akan memberikan peluang atas segala kemudahan yang akan dicapainya.

        Jalan lain untuk mendekatkan diri kepada Allah Swt. adalah melalui żikir. Żikir artinya mengingat Allah Swt. dengan menyebut dan memuji nama-Nya. Syarat yang sangat fundamental yang diperlukan untuk mendekatkan diri kepada Allah Swt. melalui żikir adalah kemampuan dalam menguasai nafsu, selanjutnya bila menyebut nama Allah Swt. (al-Asmā’u al-Husnā) berulang-ulang di dalam hati akan menghadirkan rasa rendah hati (tawadhu’) yang disertai dengan rasa takut karena merasakan keagungan-Nya. Żikir dapat dilakukan kapan saja dan di mana saja. Berżikir tidak perlu menghitung berapa jumlah bilangan yang harus diżikirkan, namun yang penting adalah żikir harus benar-benar menghujam di dalam kalbu.

        Selain melalui żikir, mendekatkan diri kepada Allah Swt. dapat pula dilakukan melalui perbuatan atau amaliah sehari-hari, yaitu dengan selalu meniatkan bahwa yang kita lakukan semata-mata hanya karena taat mematuhi aturan main- Nya. Misalnya, kita berbuat baik kepada tetangga bukan karena tetangga baik kepada kita, tetapi semata-mata karena Allah Swt. menyuruh kita untuk berbuat baik. Kita bersedekah bukan karena kasihan, tetapi semata-mata karena Allah Swt. memerintahkan kita untuk mengeluarkan sedekah membantu meringankan beban orang yang sedang mengalami kesulitan. Hal ini seharusnya dapat kita lakukan karena pada waktu kecil kita patuh melaksanakan perintah dan nasihat orang tua, bukan? Mengapa sekarang kita tidak patuh pada perintah-perintah Allah Swt? Jika śhalat dapat kita kerjakan karena semata-mata taat mematuhi perintah Allah Swt., maka rasanya mustahil apabila kita tidak dapat bersikap demikian pada perbuatan-perbuatan lainnya.


A. Memahami Pengertian al-Asmā’u husna dan dalil tentang Asmaul Husna

        1. Pengertian al-Asmā’u al-Ĥusnā

                Al-Asmā’u  al-Ĥusnā  terdiri  atas  dua  kata,  yaitu asmā  yang  berarti nama- nama, dan ĥusna yang berarti baik atau indah. Jadi, al-Asmā’u al- Ĥusnā dapat diartikan sebagai nama-nama yang baik lagi indah yang hanya dimiliki oleh Allah SWT. sebagai bukti keagungan-Nya. Kata  al-Asmā’u  al-Ĥusnā diambil dari ayat Al-Qur’ān Q.S. Ţāhā/20:8. yang artinya, “Allah Swt. tidak ada Tuhan melainkan Dia. Dia memiliki al-Asmā’u al-Ĥusnā (nama- nama baik).“

2. Dalil tentang al-Asmā’u al-Ĥusnā

a. Firman Allah Swt. dalam Q.S. al-A’rāf/7:180

                


Artinya : Dan Allah memiliki Asma'ul-husna (nama-nama yang terbaik), maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebutnya Asma'ul-husna itu dan tinggalkanlah orang-orang yang menyalahartikan nama-nama-Nya. Mereka kelak akan mendapat balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan.

                 Dalam ayat lain dijelaskan bahwa al-Asmā’u al-Ĥusnā merupakan amalan yang bermanfaat dan mempunyai nilai yang tak terhingga tingginya. Berdoa dengan menyebut al-Asmā’u al-Ĥusnā sangat dianjurkan menurut ayat tersebut.
  
b. Hadis Rasulullah saw. yang diriwayatkan Imam Bukhari



Artinya:  “Dari  Abu   Hurairah   ra.   sesungguhnya   Rasulullah saw. bersabda:    Sesungguhnya  Allah  Swt.  mempunyai  sembilan puluh sembilan nama, seratus kurang satu, barang siapa yang menghafalkannya, maka ia akan masuk surga”. (H.R. Bukhari)

Berdasarkan hadis di  atas,  menghafalkan al-Asmā’u  al-Ĥusnā akan mengantarkan orang yang melakukannya masuk  ke  dalam  surga Allah Swt. Apakah hanya dengan menghafalkannya seseorang dengan mudah akan masuk ke dalam surga? Jawabnya, tentu saja tidak. Karena menghafalkan al-Asmā’u al-Ĥusnā harus diiringi juga dengan menjaganya, baik menjaga hafalannya dengan terus-menerus menżikirkannya, maupun menjaganya dengan menghindari perilaku- perilaku yang bertentangan dengan sifat-sifat Allah Swt. dalam al- Asmā’u al-Ĥusnā tersebut.


B.  Memahami makna al-Asmā’u al-Husnā: 
al-Kar im, al-Mu’min, al-Wakil, al- Matin, al-Jāmi’, al-‘Adl, dan al-Ākhir. Mari pelajari dan pahami satu persatu asmā’ul husna tersebut!

1. Al-Karim

        Secara bahasa, al-Karim mempunyai arti Yang Mahamulia, Yang Maha Dermawan atau Yang Maha Pemurah. Secara istilah, al-Kar im diartikan bahwa Allah Swt. Yang Mahamulia lagi Maha Pemurah yang memberi anugerah atau rezeki kepada semua makhluk-Nya. Dapat pula dimaknai sebagai Zat yang sangat banyak memiliki kebaikan, Maha Pemurah, Pemberi Nikmat dan keutamaan, baik ketika diminta maupun tidak. Hal tersebut sesuai dengan firman-Nya:

Artinya: “Hai manusia apakah yang telah memperdayakanmu terhadap Tuhan Yang Maha Pemurah?”(Q.S. al-Infiţār:6)

        Al-Karim dimaknai Maha Pemberi karena Allah Swt. senantiasa memberi, tidak pernah terhenti pemberian- Nya. Manusia tidak boleh berputus asa dari kedermawanan Allah Swt. jika miskin dalam harta, karena                     kedermawanan-Nya tidak hanya dari harta yang dititipkan melainkan meliputi segala hal. Manusia yang berharta dan dermawan hendaklah tidak sombong karena telah memiliki sifat dermawan karena Allah Swt.                              tidak menyukai kesombongan. Dengan demikian, bagi orang yang diberikan harta melimpah maupun orang tidak dianugerahi harta oleh Allah Swt., maka keduanya harus selalu bersyukur kepada-Nya karena orang yang     `   miskin pun telah diberikan nikmat selain harta.

        Al-Karim juga dimaknai Yang Maha Pemberi Maaf karena Allah Swt. memaafkan dosa para hamba yang lalai dalam menunaikan kewajiban kepada Allah

Sumber: Dok. Kemendikbud


                Memberikan santunan kepada anak yatim dan kaum dhu’afa sebagai perilaku mencontoh Al- karim Swt.,         kemudian hamba itu mau bertaubat kepada Allah Swt. Bagi hamba yang berdosa, Allah Swt. adalah Yang                Maha Pengampun. Allah Swt. akan mengampuni seberapa pun besar dosa hamba-Nya selama hambanya tidak         meragukan kasih sayang dan kemurahan-Nya.

                Menurut imam al-Gazali, al-Kar im adalah Dia yang apabila berjanji, menepati janjinya, bila memberi,             melampaui batas harapan, tidak peduli berapa dan kepada siapa Dia memberi dan tidak rela bila ada                         kebutuhan hambanya memohon kepada selain-Nya, meminta pada orang lain. Dia yang bila kecil hati                     menegur tanpa berlebih, tidak mengabaikan siapa yang menuju dan berlindung kepada-Nya, dan tidak                     membutuhkan sarana atau perantara.

     2. Al-Mu’m in

                Al-Mu’min secara bahasa berasal dari kata amina yang berarti pem- benaran, ketenangan hati, dan aman.         Allah Swt. al-Mu’m in artinya Dia Maha Pemberi rasa aman kepada semua makhluk-Nya, terutama kepada            manusia. Dengan demikian, hati manusia menjadi tenang. Kehidupan ini penuh dengan berbagai                               permasalahan, tantangan, dan cobaan. Jika bukan karena Allah Swt. yang memberikan rasa aman dalam hati,            niscaya kita akan senantiasa gelisah, takut, dan cemas. Perhatikan firman Allah Swt. berikut ini.


Artinya: “Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan syirik, mereka itulah orang-orang yang mendapat rasa aman dan mereka mendapat petunjuk.” (Q.S. al-An’ām/6:82)

 

 Sumber gambar :dok kemendikbud

        Ketika kita akan menyeru dan berdoa kepada Allah Swt. dengan nama-Nya al- Mu’min, berarti kita memohon        diberikan keamanan, dihindarkan dari fitnah, bencana, dan siksa. Karena Dialah Yang Maha Memberikan                 keamanan, Dia yang Maha Pengaman. Dalam    nama al-Mu’m  in terdapat kekuatan yang dahsyat dan luar             biasa. Ada pertolongan dan perlindungan, ada jaminan (insurance), dan ada bala bantuan.

        Berżikir dengan nama Allah Swt. al-Mu’min di samping menumbuhkan dan memperkuat keyakinan dan                 keimanan kita, bahwa kamanan akan memberikan rasa aman dan nyaman kepada orang lain sebagai perilaku             mencontoh al-Mu’min 

        Mengamalkan dan meneladani al-Asmā’u al-Ĥusnā al-Mu’min, artinya bahwa seorang yang beriman harus             menjadikan orang yang ada di sekelilingnya aman dari gangguan lidah dan tangannya.

        Berkaitan dengan itu, Rasulullah saw. bersabda: “Demi Allah tidak beriman. Demi Allah tidak beriman. Demi      Allah tidak beriman. Para sahabat bertanya, ‘Siapa ya Rasulullah saw.?’ Rasulullah saw. menjawab, ‘Orang             yang tetangganya merasa tidak aman dari gangguannya.” (H.R. Bukhari dan Muslim).

3. Al-Wak il
        Kata “al-Wakil” mengandung arti Maha Mewakili atau Pemelihara. Al-Wakil (Yang Maha Mewakili atau                Pemelihara), yaitu Allah Swt. yang memelihara dan mengurusi segala kebutuhan makhluk-Nya, baik itu dalam         urusan dunia maupun urusan akhirat. Dia menyelesaikan segala sesuatu yang diserahkan hambanya tanpa                 membiarkan apa pun terbengkalai. Firman-Nya dalam al-Qur’ān:


                Artinya: “Allah Swt. pencipta segala sesuatu dan Dia Maha Pemelihara atas segala sesuatu.” 
                                (Q.S. az-Zumar/39:62)

sumber gambar : dok. kemendikbud
seorang ibu yang dengan ihlas memelihara anaknya


                    Dengan demikian, orang yang mempercayakan segala urusannya kepada Allah Swt., akan memiliki                     kepastian bahwa semua akan diselesaikan dengan sebaik-baiknya. Hal itu hanya dapat dilakukan oleh                     hamba  yang  mengetahui   bahwa Allah Swt. yang Mahakuasa, Maha Pengasih adalah satu-satunya yang
             dapat dipercaya oleh para hamba-Nya. Seseorang yang melakukan urusannya dengan sebaik-baiknya dan                 kemudian akan menyerahkan segala urusan kepada Allah Swt. untuk menentukan karunia-Nya.
 

                     Menyerahkan segala urusan hanya kepada Allah Swt.  melahirkan sikap tawakkal.                                             Tawakkal bukan berarti mengabaikan sebab- sebab dari suatu kejadian. Berdiam diri  dan tidak  peduli                      terhadap  sebab itu dan akibatnya adalah sikap malas. Ketawakkalan dapat diibaratkan dengan menyadari                 sebab-akibat.  Orang  harus  berusaha untuk mendapatkan apa yang diinginkannya. Rasulullah saw.ber-                     sabda,“Ikatlah untamu dan bertawakkallah kepada Allah Swt.” Manusia harus menyadari   bahwa semua usahanya adalah sebuah doa yang aktif dan harapan akan adanya pertolongan-Nya. Allah Swt.              berfirman yang artinya, “(Yang memiliki sifat-sifat yang) demikian itu ialah Allah Swt. Tuhan kamu; tidak              ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia; Pencipta segala sesuatu, maka sembahlah Dia dan Dia                         adalah Pemelihara segala sesuatu.“ (Q.S. al-An’ām/6:102).
             Hamba al-Wak il adalah yang bertawakkal kepada Allah Swt. Ketika hamba tersebut telah melihat “tangan”              Allah Swt. dalam sebab-sebab dan alasan segala sesuatu, dia menyerahkan seluruh hidupnya di tangan al-                 Wakil.

 



Post a Comment

1Comments
Post a Comment

#buttons=(Accept !) #days=(20)

Our website uses cookies to enhance your experience. Learn More
Accept !
To Top